Bab VII Kesenian Melayu di Riau PDF

Bab VII Kesenian Melayu di Riau PDF

Berikut ini adalah bab ketujuh dari Buku Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai buku sumber pembelajaran bagi guru muatan lokal (mulok) BMR yang disusun oleh tim ahli dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) tahun 2018. Bab ini secara tuntas membahas tentang Kesenian Melayu di Riau.

Berawal dari pandangan Aristoteles tentang seni sebagai pengungkapan dan penampilan yang tidak pernah menyimpang dari kenyataan, kiranya dapat diterjemahkan bahwa seni wujud dalam diri manusia itu sendiri. Sebagai suatu bagian dari kehidupan manusia, seni berafiliasi sebagai suatu cabang penting dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian, seni tentulah selalu berkembang dari zaman ke zaman. Dalam puncak perkembangannya, seni wujudkan dalam program-program pengetahuan yang dipelajari di sekolah rendah, menengah, hingga ke sekolah tinggi (universitas).

Kesenian selalu dihubungkan dengan hasil dari proses latihan (keterampilan). Sebagian pendapat menyatakan bahwa seni dapat dihasilkan dengan melakukan proses latihan, tanpa latihan seseorang takkan mampu mencipta karya seni. Pernyataan ini kiranya ditolak jika dihadapkan dengan karya seni yang berhubungan dengan dunia gaib. Di Riau, berbagai macam kesenian lahir dari sesuatu yang mistik. Dapatlah disimpulkan bahwa kesenian bertumpu pada dua proses kreatif itu.

Kesenian Melayu yang dipercaya wujud dari peroses metafisika adalah kesenian seperti tari zapin api di Rupat Utara, rentak bulian di Talang Mamak, tari olang-olang di Sakai, pertunjukan debus, dan lain sebagainya. Kesenian ini dipercaya sebagai estetika yang diciptakan dari seusuatu yang mistik. Gerak dan tingkah laku penari diyakini sebagai pengaruh dari kekuatan gaib.

Filosofi Kesenian Melayu Riau

Kesenian berhubungan erat dengan masyarakat. Merujuk Bronislaw Kasper Malinowski (1884-1942) dan Melville Jeans Herskovits (1895- 1963) memaparkan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Pendapat ini sejalan dengan kesenian Melayu yang lebih hakiki. Kesenian Melayu mengutamakan nilai kemelayuan, sehingga seni tidak dapat membebaskan diri dari nilai jati orang Melayu.

Hakikat kesenian yang fokus pada apresiasi tentang keagungan pencipta. Tari olang-olang misalnya, orang Sakai mengapresiasi burung elang sebagai burung yang memiliki kemampuan terbang tinggi melebihi burung lainnya. Dengan kemampuan itu, burung elang dapat dijadikan sebagai perantara antara manusia dengan pencipta alam semesta. Elang hanyalah sebagai media atau alat yang digunakan Bomo untuk penyampai pesan kepada sang pencipta.

Puja dan puji atas keagungan Allah SWT juga tampak dalam pantang dan larang berkesenian, yang maksudnya sebagai adab kesenian. Dalam menari zapin misalnya, harus mengikuti aturan kepatutan yang sifatnya mutlak. Seorang penari perempuan tidak boleh membuka kaki terlalu lebar, tidak boleh mengangkat kaki terlalu tunggi, dan tidak boleh mengangkat tangan (membuka ketiak) terlalu lebar. Hal itu dikarenakan akan memperlihatkan lekuk tubuh penari yang sesungguhnya aurat baginya.






Bila ingin mengunduh Bab Ketujuh Buku Pegangan Guru Mulok BMR Versi PDF, silahkan klik tombol di bawah ini:

Unduh Bab 07 PDF



Bila ingin memiliki Buku Pegangan Guru Mulok BMR versi cetak, silahkan pesan melalui klik tombol di bawah ini:

Pesan Buku Cetak



Silahkan buka dan unduh bab lainnya di bawah ini:

***

Posting Komentar

0 Komentar